FacebookInstagramTwitterLinkedInYouTubeTikTok

Kenangan

Intan Hitam di Bumi Sumatera

Intan Hitam di Bumi Sumatera

Batubara sudah dikenal sejak lama, khususnya oleh penduduk sekitar Sungai Lematang, Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Disebut sebagai batu arang, karena bentuknya keras seperti batu dan berwarna hitam serta bisa dijadikan sebagai alat pembakar yang lebih kuat daripada kayu.

Di awal abad ke-20, Pemerintah Hindia Belanda menemukan batubara seluas 1.800 Kilometer, atau sekitar 910 juta metrik ton di Lematang dan mulai diproduksi secara intensif menggunakan teknologi yang sangat sederhana. Hingga tahun 1930-an, penambangan masih mengandalkan tenaga manusia dengan peralatan belincong dan sekop serta gerobak pengangkut yang ditarik kuda, sapi atau kerbau. Peralatan minim menjadi penyebab tinnginya risiko kecelakaan kerja. Hingga 1937, Tanjung Enim hanya mengoperasikan tambang dalam (underground mining).

Perusahaan Tambang Arang Bukit Asam (TABA) menerapkan peraturan keselamatan kerja. Merupakan keharusan untuk memperlengkapi diri dengan alat-alat keselamatan kerja berupa sepatu tambang bertumit baja, topi baja untuk melindungi kepala dan kacamata yang tak mudah pecah untuk melindungi mata. Khusus untuk para pekerja tambang dalam, diharuskan memakai topi berlampu khusus. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko kecelakaan.
Pada 1938, Tanjung Enim telah memiliki tambang terbuka (open pit mining) di Air Laya. Perusahaan tambang batubara mulai menggantikan peralatan tambang dan pengangkutan batubara dengan peralatan yang lebih modern. Conveyor belt, sebagaimana yang dikenal sebagai alat distribusi batubara modern, digunakan sejak 1938. Pada 1960-an, perusahaan sudah mulai menggunakan peralatan seperti shovel, bucket wheel dredgers dan dragline.

Perusahaan ini mengalami pasang-surut produksi batubara pada 1930 hingga 1960. Pada 1930, produksi batubara dapat mencapai angka 413 ribu ton per tahun, disusul dengan kenaikan 863 ribu ton pada 1941 atau dua kali jumlah produksi di 1930. Tapi, TABA juga pernah mencatat angka penurunan produksi pada 1946 dan 1947, yang masing-masing sebesar 181 dan 162 ribu ton. Produksi batubara kembali meningkat sejak tahun 1950, yaitu rata-rata konstan sebesar 500 ribu ton sampai 600 ribu ton hingga tahun 1960 dengan konsumen utama PLN dan PJKA.

Perusahaan melakukan pengembangan masyarakat (community development) sejak 1950. Beberapa usaha kecil yang melibatkan masyarakat Tanjung Enim seperti pabrik genteng dan pengawetan kayu serta melakukan manajemen pasar agar semua karyawan dan masyarakat dapat memperoleh kebutuhan pokoknya dengan harga yang terjangkau. Sejak 1950, TABA telah mendirikan berbagai sekolah menengah mulai dari tingkat SMP, SMA maupun STM. Saat itu lembaga pelatihan tidak menjamur seperti sekarang. Banyak karyawan TABA yang tidak mengenyam pendidikan dasar formal. Itulah tujuan TABA membangun sekolah, yaitu untuk meningkatkan pendidikan dan wawasan pekerjanya. Bukanlah sebuah hal yang aneh jika seorang pekerja tambang bekerja pada shift pagi lalu menjadi murid STM di sore hari ataupun sebaliknya.

Tahun 1892, adalah produksi perdana Tambang Batubara Ombilin di Ulu Air, tepi Sungai Ombilin. Setelah Indonesia merdeka, tambang batubara ini dikuasai Pemerintah Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 56 tanggal 30 Oktober 1990, tambang batubara Ombilin digabungkan dengan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA). Tambang inilah yang kita kenal sebagai Unit Pertambangan Ombilin (UPO) PTBA.

Kenangan Lainnya

Kemeriahan Malam Puncak HUT Ke-36 PTBA

Kemeriahan Malam Puncak HUT Ke-36 PTBA Rangkaian HUT ke-36 PTBA yang telah dimulai sejak 19 Februari 2017 sampailah pada acara puncak yang telah sukses terselenggara pada hari Jumat, 10 Maret…

March 03, 2017

PTBA Tandatangani Nota Kesepahaman dengan ITB

PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA menandatangani Nota Kesepahaman dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) terkait Kerja sama riset dan pengembangan di bidang energi dan industri. Penandatanganan Nota Kesepahaman dilakukan…

May 05, 2017

Mengenang Tambang Batu Bara di Sawahlunto

Nama Sawahlunto tidak asing lagi sejak even olahraga bertaraf internasional Tour de Singkarak yang digelar oleh Pemerintah Kota Sawahlunto, Padang, Sumatera Barat. Acara ini didukung penuh oleh perusahaan pertambangan batu…

October 10, 2016