FacebookInstagramTwitterLinkedInYouTubeTikTok
Upaya PTBA Atasi Masalah PelangganBerbuah Penghematan 35 Miliar Rupiah

Upaya PTBA Atasi Masalah PelangganBerbuah Penghematan 35 Miliar Rupiah

18 Mei 2015

PTBA Twitter Share PTBA Facebook Share
Upaya PTBA Atasi Masalah PelangganBerbuah Penghematan 35 Miliar Rupiah

Ada dua hal yang dapat dilakukan ketika mendapatkan keluhan. Pertama, hanya mendengarkan dan menerima keluhan tanpa melakukan upaya apapun untuk menyelesaikannya. Kedua, mencari solusi sebagai pemecahan permasalahan yang dihadapi. Kebanyakan orang akan memilih hal pertama. Namun tidak demikian hal nya dengan tim Bengkel Utama Unit Pertambangan Tanjung Enim (BU-UPTE) di PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang memilih pilihan kedua.

BU-UPTE mendapat keluhan-keluhan dari beberapa pelanggan PTBA. Keluhan tersebut berupa masih adanya unsur batu pack di batubara dan kerusakan alat-alat tambang, seperti putusnya belt conveyor dan sebagainya. Berdasarkan keluhan tersebut, BU-UPTE mencoba menemukan cara untuk meminimalisir kontaminasi batu pack terhadap batubara.

Upaya tersebut membuahkan hasil dengan pembuatan alat pendepak batu pack (Selective Breaker). BU-UPTE berencana membuat dua unit Selective Breaker dengan kapasitas masing-masing sebesar 600 ton per jam. Bila melakukan pembelian dari luar negeri dan diimpor ke Indonesia dengan spesifikasi tersebut adalah sebesar 20 miliar rupiah per unit. Untuk 2 (dua) buah unit alat tersebut akan menelan total biaya sebesar 40 miliar rupiah.

Bermodalkan keahlian dan pengalaman tim yang beranggotakan sekitar 80 personil, BU-UPTE melakukan pembuatan budget 7 miliar rupiah per unit. Total 14 milliar rupiah apabila melakukan pembuatan Selective Breaker sendiri. Namun ketika satu unit alat tersebut berhasil dibuat, ternyata hanya menelan ongkos pembuatan alat yang tidak lebih dari 2,5 miliar rupiah. Jadi, biaya pembuatan kedua unit alat tersebut masih di bawah angka 5 miliar rupiah. Inovasi dalam melakukan pembuatan alat sendiri, daripada membeli 2 (dua) unit alat baru dan diimpor dari luar negeri, telah memberikan efisiensi dana. Dalam hal ini adalah penghematan 80% atau sebesar 35 milliar rupiah bagi PTBA.

Dari sisi efisensi waktu, delivery time yang diberikan oleh pihak penjual peralatan di luar negeri cukup lama. Selain waktu yang diperlukan untuk proses pembuatan, logistik dan transportasi alat mulai dari pabrik hingga diimpor ke lokasi PTBA juga memakan waktu. Selain itu, teknisi atau operator alat pun masih harus meluangkan waktu lagi untuk mempelajari dahulu mekanisme dan cara kerja alat baru tersebut. Pembuatan satu unit alat awalnya direncanakan akan memakan waktu 5 (lima) bulan. Namun, tim BU-UPTE berhasil membuktikan kehandalannya dengan merampungkan pembuatan 1 (satu) unit alat tersebut di akhir Maret 2015, yang dimulai sejak Januari 2015 lalu. Selective Breaker tersebut ditempatkan di wilayah temporary stok 1 Tambang Air Laya untuk uji coba selama satu bulan hingga akhir April 2015. Saat ini pembuatan alat kedua sedang dilakukan. Pilihan untuk mencari solusi BU-UPTE memberikan efisiensi biaya dan waktu bagi PTBA.