FacebookInstagramTwitterLinkedInYouTubeTikTok
Membuat Minyak Sintetis dari Ban Bekas

Membuat Minyak Sintetis dari Ban Bekas

29 Mei 2015

PTBA Twitter Share PTBA Facebook Share
Membuat Minyak Sintetis dari Ban Bekas

Tumpukan ban bekas HD Truck berukuran besar bertaburan di belakang bengkel salah satu kontraktor PT Bukit Asam (Persero) Tbk. atau PTBA. Ban bekas sering berakhir di tempat pembuangan sampah. Kebanyakan penggunanya memilih untuk membuangnya begitu saja. Sebab bila mendaur ulang, biaya yang diperlukan lebih tinggi daripada nilai karet yang dihasilkan. Bila ban-ban bekas itu terus dibiarkan dapat menimbulkan masalah lingkungan yang serius. Ban bekas merupakan material yang tidak mudah terurai.

Teknologi daur ulang ban bekas menjadi minyak sintetis merupakan teknologi yang tidak baru. Proses dekomposisi ban bekas dilakukan dengan pemanasan tanpa atau dengan sedikit oksigen. Ban akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi gas dan cair. Salah satu komposisi yang terkandung dalam ban adalah karbon hitam yang bila dicairkan, sekitar 40-60 persennya bisa diolah menjadi minyak sintetis. Teknologi daur ulang ban bekas tidak saja ramah dengan lingkungan, namun juga memberikan manfaat ekonomi.

Ban bekas awalnya harus dipecah terlebih dahulu dengan menggunakan proses pemanasan. Zat yang terurai akan menjadi uap dalam bentuk asap. Asap ini kemudian dikondensasi hingga berubah wujud menjadi air. Cairan inilah yang menjadi minyak sintetis. Setelah ban bekas dilepas dari rangka bajanya, ban-ban itu direndam dalam minyak hingga karetnya melunak. Dengan cara ini, tidak akan kesulitan untuk memisahkan karet dari kandungan logam dan serat di dalamnya. Selanjutnya dipanaskan di dalam sebuah oven. Tahap ini membuat tiap satu ban bekas HD Truck (berat 250 kilogram) menghasilkan antara 80-100 liter minyak sintetis.

Harga jual minyak sintetis mencapai Rp6.000 per liter. Setiap ban bekas HD truck akan bernilai Rp480 ribu atau Rp1,9 juta untuk satu HD truck (empat ban bekas). Pabrik-pabrik daur ulang ban bekas sudah mulai banyak bermunculan di Indonesia. Hal ini bisa menjadi satu opsi yang dapat diterapkan oleh PTBA sebagai solusi untuk penumpukan ban bekas. Bengkel daur ulang ban bekas yang ideal memiliki kapasitas terpasang minimal 5 ton ban bekas per hari. Bengkel ini tidak bisa dijalankan bilai suplai bahan baku ban-ban bekas tidak mencukupi. Untuk satu bulan operasional akan memerlukan biaya Rp100 juta. Produksi mencapai 5 ton ban bekas per hari dapat menghasilkan 1.600-2.000 liter per hari atau 48.000 liter per bulan. Perkiraan omzet mencapai Rp288 juta per bulan.

Kekurangannya dari menggunakan teknologi daur ulang ban bekas adalah akan menghasilkan asap dan bau. Bila pabrik didirikan di tengah pemukiman akan sangat mengganggu penduduk. Namun jika membangun pabrik daur ulang ban bekas di lokasi tambang tidak akan mengganggu penduduk.