FacebookInstagramTwitterLinkedInYouTubeTikTok
HBA Desember Naik, PTBA Berencana Revisi Kontrak Dengan PLN

HBA Desember Naik, PTBA Berencana Revisi Kontrak Dengan PLN

9 Desember 2016

PTBA Twitter Share PTBA Facebook Share
HBA Desember Naik, PTBA Berencana Revisi Kontrak Dengan PLN

Menghadapi tahun 2017, PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) berencana mengubah kontrak batu bara dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. 

Sekretaris Perusahaan PTBA Adib Ubaidillah, sebagaimana dikutip oleh Kontan pada Minggu (4/12/2016) kemarin, mengatakan, perubahan kontrak tersebut akan berlangsung pada 2017. Saat ini, menurut Adib, masih dalam tahapan negosiasi dan pembahasan.

“Pada tahun 2017 akan ada perubahan kontrak dan saat ini masih dalam tahapan negosiasi dan pembahasan," kata Adib Ubaidillah.

Sementara itu, harga batu bara acuan (HBA) Desember terus merangkak naik sebesar 19,93 persen ke level US$101,69 per ton dari HBA November sebesar US$84,79 per ton. 

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Sujatmiko mengatakan, faktor utama yang menjadi penyebab naiknya harga komoditas tersebut masih sama dengan sebelumnya yaitu berkurangnya pasokan batu bara dunia, sementara permintaan semakin meningkat.

"Harga batubara masih naik karena China membatasi produksi, sedangkan kebutuhan energi pada musim dingin meningkat," katanya, Minggu (4/12/2016).

Senada dengan Sujatmiko, Deputi Direktur Eksekutif Asosiasi Pertam-bangan Batubara Indonesia Hendra Sinadia menjelaskan, peningkatan harga yang masih signifikan bukan hanya didorong oleh penurunan produksi batubara dari China, tetapi juga dipicu oleh naiknya permintaan jelang musim dingin yang terjadi setiap akhir tahun.

"Harga masih dipengaruhi oleh pengurangan produksi dari Tiongkok. Sementara itu, di kuartal IV umumnya terjadi peningkatan demand saat musim dingin," katanya sebagaimana dikutip Bisnis Indonesia.

Berhubung faktor pendorong utamanya adalah penurunan produksi, harga batu bara sangat berisiko untuk kembali turun di tahun depan. Pasalnya, kebijakan China dalam menahan produksinya tersebut diperkirakan akan kembali dilonggarkan.

"Ada kemungkinan harga masih berisiko turun. Apalagi kenaikan harga ini juga menyulitkan bagi pembangkit listrik di Tiongkok, sehingga ada potensi ke arah itu di tahun depan," katanya.