FacebookInstagramTwitterLinkedInYouTubeTikTok
PTBA Catatkan Kinerja Sangat Baik di Tahun 2017

PTBA Catatkan Kinerja Sangat Baik di Tahun 2017

13 Maret 2018

PTBA Twitter Share PTBA Facebook Share
PTBA Catatkan Kinerja Sangat Baik di Tahun 2017

Jakarta, 12 Maret 2018 u2013 PT Bukit Asam Tbk mengumumkan Kinerja Keuangan per 31 Desember 2017. Perseroan berhasil menutup tahun 2017 dengan kinerja yang sangat baik, laba usaha tercatat cemerlang sebesar Rp 5,89 Triliun (233% dari periode sebelumnya yang hanya Rp 2,53 Triliun) dan laba bersih berhasil menembus angka Rp 4,47 Triliun (223% dari periode sebelumnya yang hanya Rp 2,00 Triliun).

Pencapaian kinerja ini didukung oleh kemampuan manajemen perusahaan dalam merumuskan strategi yang efektif, diantaranya dengan peningkatan produksi, optimasi harga jual, serta efisiensi biaya.

Tahun 2017, Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 19,47 Triliun, naik 38% dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp 14,05 Triliun. Peningkatan pendapatan ini adalah hasil dari upaya terus menerus yang dilakukan manajemen Perseroan dalam melakukan penetrasi pasar untuk menjual batubara Low to Medium Calorie di tengah membaiknya harga batubara dunia.

Secara volume, penjualan batubara tahun 2017 tercapai sebesar 23,63 juta ton, meningkat 2,87 juta ton atau 14% dibandingkan penjualan tahun sebelumnya sebesar 20,75 juta ton. Komposisi penjualan masih didominasi oleh penjualan domestik sebesar 61% dan penjualan ekspor 39%.

Peningkatan volume penjualan FY2017 yang cukup signifikan terjadi pada penjualan domestik yaitu sebesar Rp 2,13 juta ton atau 17% dibandingkan FY2016. Penjualan ekspor juga sedikit meningkat, yaitu sebesar 9%. Bukit Asam-50 menjadi market brand utama untuk pasar domestik maupun pasar ekspor, dimana penjualan brand ini meningkat sebesar 1,82 juta ton untuk pasar domestik dan meningkat 2,44 juta ton untuk pasar ekspor. Selain itu, Bukit Asam-48 juga menunjukkan peningkatan 2,22 juta ton untuk pasar ekspor

Harga jual rata-rata FY2017 bergerak positif sebesar 24%, dari Rp 658.018/ton di tahun 2016 menjadi Rp 814.216/ton di tahun 2017. Kenaikan harga jual ini seiring dengan penguatan harga batubara Newcastle maupun harga batubara thermal Indonesia (Indonesia Coal Index/ ICI) yang meningkat masing u2013 masing sebesar 34% dan 32% dibandingkan harga rata-rata FY2016.

Beban pokok penjualan meningkat sebesar 14% y-o-y seiring dengan kenaikan volume produksi yang meningkat cukup tinggi sebesar 24% atau 4,62 juta ton y-o-y. Namun demikian, Perseroan terus melakukan upaya efisiensi biaya sepanjang FY2017, diantaranya terhadap biaya jasa penambangan yang menurun sebesar Rp 785,68 Miliar atau 26% dan pembelian batubara yang menurun Rp 455,77 Miliar atau 70% FY2016, sehingga tercipta struktur biaya yang lebih efisien. Penurunan biaya jasa penambangan tercermin dari penurunan nisbah kupas (stripping ratio) dari 4,92 menjadi 3,55, sehingga cash cost (UPTE & termasuk royalti) turun dari Rp 655.164/ton di FY2016 menjadi Rp 641.524/ton di FY2017. Sasaran tahun 2018, Perseroan merencanakan produksi batubara sebesar 25,54 juta ton untuk tahun 2018, yang mengalami kenaikan 17% dari rencana tahun sebelumnya sebesar 21,92 juta ton. PT Kereta Api Indonesia menyatakan komitmennya akan mengangkut batubara PTBA dari lokasi tambang sebesar 23,10 juta ton, dengan porsi masing-masing sebesar 19,40 juta ton menuju Pelabuhan Tarahan di Bandar Lampung dan 3,70 juta ton menuju Dermaga Kertapati di Palembang. Angkutan tersebut telah meningkat 13% dari target tahun 2017 sebesar 20,50 juta ton.

FY2018, Perseroan menargetkan untuk meningkatkan penjualan menjadi sebesar 25,88 juta ton dengan komposisi 53% atau 13,74 juta ton untuk memenuhi pasar domestik dan 47% atau 12,15 juta ton untuk pasar ekspor. Target penjualan domestik sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 5%, sedangkan penjualan ekspor mengalami kenaikan cukup signifikan yaitu sebesar 62% dari target FY2017. Secara total, target penjualan FY2018 meningkat sebesar 3,91 juta ton atau 18% dibandingkan target FY2017 yang hanya sebesar 21,97 juta ton.

Peningkatan target ditopang oleh rencana penjualan ekspor untuk batubara medium to high calorie ke premium market seiring dengan semakin membaiknya harga batubara, demand batubara juga menunjukkan pertumbuhan yang positif khususnya di wilayah ASEAN dimana akan beroperasinya sejumlah PLTU baru.

Optimalisasi Upaya Efisiensi dan Investasi

Perusahaan terus melakukan upaya efisiensi serta investasi yang diprioritaskan kepada aktivitas yang menunjang operasional tambang. Diantaranya, untuk menekan biaya produksi penambangan, Perusahaan mengakuisisi perusahaan jasa pertambangan PT Satria Bahana Sarana (SBS) melalui anak perusahaan PT Bukit Multi Investama (BMI) pada tanggal 21 Januari 2015. PT SBS sudah beroperasi sejak tahun 2015 dengan kemampuan produksi yang terus meningkat. Target produksi tahun 2017 adalah sebesar 36 Juta BCM yang meningkat menjadi 38 Juta BCM pada tahun 2018.

Sinergi Anak Perusahaan/Afiliasi dengan Perusahaan tidak hanya dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap pihak ketiga dan terjaminnya operasional kegiatan bisnis utama, namun terbukti menekan biaya jasa penambangan FY2017 hingga sebesar Rp 785,68 Miliar atau turun 26% dibandingkan FY2016.

FY2017, Perseroan juga memprioritaskan untuk melakukan efisiensi biaya pembelian batubara sebagai bagian dari upaya untuk mengembangkan Anak Perusahaan/Afiliasi serta optimasi produksi. Upaya ini mampu menekan biaya pembelian batubara FY2017 sebesar Rp455,77 Miliar atau turun 70% dari FY2016.

Untuk tahun 2018, Perseroan menganggarkan sebesar Rp 6,55 Triliun yang terdiri dari Rp 1,43 Triliun untuk investasi rutin dan sisanya Rp 5,12 Triliun untuk investasi pengembangan.

PROYEK PENGEMBANGAN

PLTU Mulut Tambang Banko Tengah Sumsel 8

Proyek PLTU Sumsel 8 (Banko Tengah 2x600 MW) yang berada di Muara Enim Sumatera Selatan akan segera dibangun oleh PTBA bersama China Huadian. Pada Maret 2015, Perseroan melalui anak perusahaan PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) telah menandatangani Loan Agreement senilai USD 1,2 miliar bersama The Export-Import Bank Of China (CEXIM).

Progress saat ini adalah telah ditandatanganinya amandemen Power Purchase Agreement (PPA) dengan PLN tanggal 19 Oktober 2017 mengenai perubahan pembangunan jalur transmisi High Voltage Direct Current (HVDC) menjadi jalur transmisi Extra High Voltage sepanjang 45 Km dari New Aurduri, Jambi ke Muara Enim, Sumatera Selatan dan PLN telah menunjuk PT Waskita Karya sebagai pelaksananya. Konstruksi direncanakan akan dimulai tahun 2018 dengan teknologi Boiler Supercritical yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Selanjutnya akan dilakukan amandemen kontrak Engineering Procurement Construction (EPC), kontrak Operations and Maintenance (O&M) dan Coal Supply Agreement (CSA).

PLTU Mulut Tambang Peranap

PTBA akan membangun PLTU dengan kapasitas 2x300 MW di Kabupaten Indragiri Hulu Riau yang memanfaatkan lebih dari 4 juta ton batubara per tahunnya dari tambang PTBA di Peranap. PLTU menggunakan teknologi proven yang akan dapat membangkitkan tenaga listrik dengan harga kompetitif sesuai aturan Pemerintah dan ditargetkan akan mulai beroperasi pada tahun 2023.

PLTU Mulut Tambang Sumsel 6

PTBA bekerjasama dengan PLN akan membangun PLTU dengan kapasitas 2x300 MW di Tanjung Enim yang memanfaatkan lebih dari 3 juta ton batubara per tahunnya dari tambang PTBA di Tanjung Enim. Rencana mulai beroperasi pada tahun 2022.

PLTU Halmahera Timur

Proyek PLTU Halmahera Timur kapasitas 2x40 MW merupakan salah satu proyek sinergi BUMN, dalam hal ini PTBA sebagai perusahaan energi akan menyediakan pasokan energi listrik bagi pabrik baru Feronikel milik ANTAM yang berlokasi di Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara.

PLTU Kuala Tanjung

Proyek sinergi BUMN lainnya adalah PLTU Kuala Tanjung kapasitas 2x350MW yang merupakan proyek strategis PTBA bersama INALUM untuk menyediakan pasokan energi listrik bagi pabrik ekspansi Aluminium Smelter II milik INALUM yang berada di kawasan Industri Sei Mangkei. PLTU ini ditargetkan dapat mulai beroperasi pada tahun 2021.

Proyek Coal Gasification

Selain melalui sinergi BUMN, untuk pengembangan PLTU, PTBA juga bersinergi dengan Pertamina, Pupuk Indonesia dan Chandra Asri Petrochemical melalui pengembangan teknologi gasifikasi untuk mengkonversi batubara menjadi syngas. Syngas merupakan bahan baku yang diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan Polypropylene sebagai bahan baku plastik. Kebutuhan batubaranya diperkirakan lebih dari 5 juta ton per tahun dan direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2022.

Proyek CBM (Coal Bed Methane)

Proyek CBM berlokasi dalam wilayah pertambangan batubara Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Proyek ini akan berproduksi dengan kapasitas 25 MMSCF (Million Standard Cubic Feet per Day) atau setara untuk membangkitkan tenaga listrik 100 MW dengan cadangan potensial sebesar 0,8 TCF (Trillion Cubic Feet).

Proyek Angkutan Batubara

Untuk optimasi pengangkutan batubara, PTBA bekerjasama dengan PT KAI mengembangkan proyek angkutan batubara jalur kereta api baru yang terdiri dari: u2022 Tanjung Enim - Simpang - Perajin dengan kapasitas 10 juta ton/tahun beserta pelabuhan baru Perajin yang rencana beroperasi pada tahun 2022. u2022 Tanjung Enim - Srengsem dengan kapasitas 20 juta ton/tahun dan rencana beroperasi tahun 2022 u2022 Tanjung Enim ke Lampung (Bukitasam Transpacific Railways - BATR) yang rencana beroperasi tahun 2022 dengan kapasitas tahun ke-1 (7,5 juta ton), tahun ke-2 (15 juta ton), tahun ke-3 s/d 14 (25 juta ton), tahun ke-15 (27,5 juta ton), tahun ke-16 s/d 20 (30 juta ton)

Selanjutnya kerjasama juga dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas jalur kereta yang sudah ada (existing) meliputi : u2022 Double track jalur selatan dari Tiga Gajah - Baturaja - Martapura sepanjang 34,33 km u2022 Double track jalur utara Prabu - Lembak - Payakabung - Kertapati sejauh 42,67 km beserta pengembangan fasilitas muat tongkang Dermaga Kramasan dengan kapasitas 5 juta ton/tahun.