Kinerja Aspek Ekonomi
Per 31 Desember 2022, Bukit Asam berhasil mewujudkan target produksi sebesar 37,14 juta ton atau 102?ri target sebesar 36,41 juta ton dan naik 24?ri realisasi tahun lalu. Kemudian untuk penjualan, Bukit Asam tercatat berhasil menjual sebanyak 31,65 juta ton batu bara, naik 12?ri tahun lalu. Dari jumlah tersebut, sebanyak 60,57% di antaranya dijual untuk memenuhi pasar domestik. Adapun selebihnya dijual untuk memenuhi pasar ekspor ke kawasan Asia yakni Thailand, Vietnam, Taiwan, Jepang, India, Pakistan, Tiongkok, Filipina, Malaysia, Kamboja, Korea Selatan, serta pasar baru di Italia.
Sesuai dengan laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik, pada tahun tahun 2022, Bukit Asam membukukan pendapatan sebesar Rp42,65 triliun, naik 46% dibandingkan tahun 2021, yang mencapai Rp29,26 triliun. Kenaikan ini dipengaruhi oleh meningkatnya harga batu bara dunia sepanjang tahun 2022. Sementara itu, beban pokok pendapatan per 31 Desember 2022 tercatat sebesar Rp24,68 triliun, naik 56% dibandingkan tahun 2021, yang mencapai Rp15,78 triliun. Kenaikan ini disebabkan meningkatnya biaya jasa penambangan dan biaya royalti. Sementara itu, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tahun pada tahun 2022 tercatat sebesar Rp12,57 triliun, naik 59% dibandingkan tahun 2021, yang mencapai Rp7,91 triliun. Kenaikan tersebut dipengaruhi kenaikan pendapatan perusahaan pada tahun 2022.
Dengan kinerja ekonomi di atas, maka nilai ekonomi langsung yang dihasilkan, nilai ekonomi yang didistribusikan, dan nilai ekonomi yang ditahan dapat disampaikan. Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil kegiatan bisnis Perseroan, yang tercatat sebesar Rp44,43 triliun, naik dibandingkan tahun 2021 yang mencapai Rp29,89 triliun. Sedangkan nilai ekonomi yang didistribusikan merupakan beragam pengeluaran yang dikeluarkan sebagai bentuk kontribusi Perseroan dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan para pemangku kepentingan, seperti pembayaran gaji, pajak, dividen, pembayaran untuk pemasok, maupun realisasi dana untuk masyarakat sebagai salah satu bentuk perwujudan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), yang diimplementasikan melalui berbagai Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Sejalan dengan perkembangan usaha, nilai ekonomi ini juga naik signifikan dibanding tahun sebelumnya yaitu Rp22,77 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp39,84 triliun tahun 2022.
Sementara itu, nilai ekonomi yang ditahan, yaitu selisih antara nilai ekonomi yang dihasilkan dikurangi dengan nilai ekonomi yang didistribusikan, yang digunakan untuk pengembangan usaha Perseroan, mengalami penurunan dari Rp7,12 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp4,59 triliun pada tahun 2022. Penurunan terjadi antara lain dikarenakan meningkatnya pembayaran dividen, termasuk dividen pemerintah, yaitu dari Rp835,39 miliar pada tahun 2021 menjadi Rp7,91 triliun pada tahun 2022 atau naik hingga 947%.
Prospek dan Peluang
Keberhasilan pemerintah mengendalikan pandemi COVID-19, sekaligus mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,31% pada tahun 2022, merupakan modal penting untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan pada tahun 2023. Walau demikian, pemerintah tetap perlu menerapkan prinsip kehati-hatian sebagaimana disampaikan Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan melambat pada kisaran 4,8% pada tahun 2023.
Prediksi perlambatan ekonomi Indonesia tersebut sejalan dengan adanya sejumlah risiko yang membayangi perekonomian global, seperti belum pulihnya Tiongkok dari dampak pandemi COVID-19 dan efek perang Rusia-Ukraina. Oleh karena itu, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 turun menjadi 2,9% dibanding pertumbuhan tahun 2022, yang mencapai 3,4 %. Menyikapi prediksi perekonomian global 2023 yang diwarnai ketidakpastian, Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri telah mengungkapkan kesiapannya. Walau tidak mudah, pemerintah optimis ekonomi Indonesia tetap kuat dan tumbuh positif.
Komitmen dan keyakinan pemerintah tersebut menjadi salah satu pondasi bagi Bukit Asam untuk menyusun target-target yang lebih tinggi dalam RKAP Tahun 2023. Terlebih lagi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan target produksi batubara tahun 2023 sebesar 694 juta ton, naik 4,68?ri tahun 2022 mencapai 663 juta ton. Sejalan dengan itu, proyeksi permintaan batu bara dari sektor kelistrikan (PLN dan IPP) juga diprediksi naik signifikan sepanjang 2023 menjadi 161,15 juta ton dari perkiraan 115 juta ton untuk tahun 2022.
Berdasarkan latar belakang di atas, pada tahun 2023, Bukit Asam memproyeksikan jumlah produksi sebesar 41,04 juta ton, hal ini seiring dengan peningkatan kapasitas angkutan dan rencana optimasi penjualan dengan skema Free on Truck (FOT). Adapun volume angkutan batu bara diproyeksikan sebesar 32,00 juta ton. Selanjutnya, dari sisi volume penjualan batu bara, baik domestik maupun ekspor, diproyeksikan sebesar 41,24 juta ton. Sejalan dengan spirit untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan, maka Perseroan telah pula menyusun kebijakan strategis dan meyakini bisa menerapkannya di sepanjang tahun 2023. Selain terus meningkatkan efisiensi biaya untuk meningkatkan margin pendapatan, strategi yang lain adalah Perseroan melanjutkan ekspansi ke bisnis energi baru terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu.