FacebookInstagramTwitterLinkedInYouTubeTikTok
The Future Is Now

The Future Is Now

19 Agustus 2021

PTBA Twitter Share PTBA Facebook Share
The Future Is Now

Bukit Asam menggelar acara Bukit Asam Virtual Town Hall. Mengusung tajuk “The Future is Now” yang digelar pada 19 Juli 2021 itu merupakan acara istimewa. “Ini pertemuan Town Hall perdana. Judulnya langsung nendang, bukan kalengkaleng,” ujar Dwi Fatan Lilyana, Direktur Sumber Daya Manusia Bukit Asam, yang akrab dengan nama panggilan Lily. 

Ini memang pertemuan town hall yang pertama bagi Bukit Asam. Kegiatan ini merupakan wadah interaksi langsung antara jajaran direksi dengan seluruh pegawai untuk membangun budaya komunikasi dan transparansi yang lebih kuat. Harapannya, dengan melakukan komunikasi terbuka dan langsung secara teratur, seluruh pegawai dapat lebih memahami arah tujuan dan kebijakan perusahaan serta mengetahui peran apa yang bisa dilakukan untuk mendukung rencana perusahaan.

Mengingat masih dalam situasi pandemi, acara kali ini dilakukan secara virtual. Rencananya, acara ‘buka-bukaan’ yang melibatkan seluruh pegawai Bukit Asam itu akan digelar secara rutin. Paling tidak, dilaksanakan setiap kuartal.

Sesuai dengan tajuknya, The Future is Now, ada pengumuman penting. Bukit Asam bertransformasi. Perusahaan yang tadinya hanya berfokus pada usaha penambangan batu bara, kini memutuskan diri untuk menjadi perusahaan energi dan kimia. Manajemen telah menetapkan 2026 sebagai destinasi atau pemberhentian pertama. “Artinya, pendapatan perusahaan menjadi 50?ri bisnis tambang dan 50?ri bisnis energi,” ujar Suryo Eko Hadianto, Direktur Utama Bukit Asam.

Tentu saja, perubahan orientasi bisnis itu tidak terjadi dengan serta-merta. Isu lingkungan di seluruh dunia mendesak aktivitas yang menyebabkan emisi karbon untuk dikurangi, tidak mengatakan untuk diakhiri. Dalam kondisi ini, pemanfataan energi fosil bukan lagi pilihan yang sehat dalam berbisnis. Tapi, the show must go on. Bukit Asam harus hidup terus, harus sustained dalam kondisi dan posisi apapun. “Untuk maju, kita selalu membutuhkan langkah pertama,” Suryo Eko menegaskan.

Dalam bincang-bincang dengan redaksi Majalah BeyondCoal, Lily mengatakan bahwa semua perusahaan mempunyai usia hidup. “Mari kita simak studi yang dilakukan oleh McKinsey&Company, perusahaan konsultan bisnis Amerika Serikat yang berdiri pada 1926,” ujarnya. “McKinsey menemukan bahwa usia rata-rata perusahaan yang terdaftar di Standard & Poor’s 500 adalah rata-rata 61 tahun pada 1958. Sekarang ini, usia hidup perusahaan hanya sekitar 18 tahun,” dia menambahkan. “McKinsey bahkan percaya bahwa pada 2027, sebanyak 75% perusahaan yang tercatat di Standard & Poor’s 500 akan lenyap. Perusahaan-perusahaan itu akan diakuisisi, merger atau bangkrut seperti Kodak, General Motors, Compaq.”

Asal tahu saja, perusahaan konsultan McKinsey ini ditunjuk pemerintah Indonesia untuk mempersiapkan masterplan pemindahan ibukota negara ke Kalimantan Timur. Lebih lanjut, menurut Lily, kalau kita menghitung mulai berdirinya Bukit Asam pada 2 Maret 1981, usia Bukit Asam saat ini sudah 41 tahun. Artinya, sudah melewati jauh dari usia rata-rata yang disebutkan McKinsey tadi yang hanya 18 tahun. “Tapi, kita tak boleh lengah. Kita harus belajar. Studi dari Mckinsey tadi bisa menjadi salah satu acuan kita,” ungkapnya.

Memang, biasanya transformasi bisnis menimbulkan kegamangan bagi para pegawai, terutama kalau dikaitkan dengan persyaratan kompetensi. Sangat mungkin, industri baru mensyaratkan pegawai dengan kapabilitas baru. “Jangan takut berubah. Transformasi itu sebenarnya hal yang biasa. Dunia saat ini berubah sangat cepat, tentu saja kita harus mampu mengikuti perubahan itu agar tetap exist,” Lily menjelaskan.

Berkaitan dengan itu, “Masa depan itu adalah sekarang. Kita tak boleh menunggu atau lengah,” ungkap Lily. “Itu poin penting pertama dari saya,” ujarnya.

“Sekarang saatnya untuk bertransformasi.” Sebagai poin kedua, Lily menyebutkan penggunaan teknologi digital adalah sebuah keharusan. “Ketika Teknologi Informasi dan Human Resources bertemu, perusahaan akan mampu membuat keputusan-keputusan secara lebih baik, lebih cepat dan lebih akurat,” dia menjelaskan.

Poin ketiga adalah kapabilitas manusianya, atau human capability. “Pekerjaan rumah Bukit Asam saat ini sangat besar, tidak lagi hanya sekadar pemenuhan kebutuhan individu, tetapi juga mengarahkan dan mengembangkan kapabilitas perusahaan sesuai dengan tuntutan zaman,” ungkapnya. “Untuk itu, pemenuhan kapabilitas seluruh pegawai menjadi sangat penting, yang sejalan dengan kebutuhan perusahaan saat ini dan masa depan,” ujarnya.

Pada poin keempat, Lily menegaskan Satuan Kerja (Satker) Sumber Daya Manusia (SDM) harus mampu mengarahkan insiatif-inisiatif yang dapat mempercepat laju pertumbuhan bisnis perusahaan. “Satker SDM harus bertransformasi. Satker SDM tidak cukup sekedar melakukan restrukturisasi organisasi, tetapi dirinya juga harus terlebih dahulu bertransformasi dan memiliki orang-orang yang tepat dan kompeten,”(koma) ungkapnya.

Sebagai poin kelima, Lily mengatakan semua pegawai harus menyiapkan diri. “Terus belajar, baca buku, nonton film dokumenter yang bermutu,” dia menuturkan. “Tingkatkan kapabilitas personal sebagai upaya untuk menjadi yang terbaik. Make a difference. Berani berbeda,” tegasnya.

Lily percaya bahwa pegawai-pegawai Bukit Asam mampu melakukan transformasi itu. “Tengok saja, misalnya, pada Triwulan I, kita hanya berhasil mencapai sekitar 80?ri target produksi karena berbagai kendala alam seperti hujan. Artinya, banyak kekurangan yang harus dipenuhi untuk memenuhi target Semester I. Alhamdulillah, berkat kerja keras dan semangat kita berhasil mencapai target Semester I sebesar 101%,” dia menjelaskan.

“Ini prestasi yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa pegawai-pegawai Bukit Asam telah melakukan apa yang disebut dengan Agile, Going Extra Miles dan Accountable,” Lily memuji prestasi yang diraih para pegawai Bukit Asam.